Selasa, 01 Maret 2011

Kota hantu Terjual mendekati Rp 30 miliar




 Pemerintah Latvia kini lega. Pasalnya, mereka berhasil menjual sebuah kota kecil yang ditinggalkan militer Uni Soviet pasca Perang Dingin sehingga menjadi tak terurus dan dijuluki "Kota Hantu." Dengan harga US$3,1 juta (sekitar Rp 29,2 miliar) menjadi milik investor Rusia.

Demikian ungkap pejabat Latvia, yang sejak awal dekade 1990-an lepas dari kekuasan Uni Soviet (sekarang bernama Rusia). Kota yang dimaksud bernama Skrunda-1.

Semasa Perang Dingin, kota itu merupakan stasiun radar milik Soviet. Kota itu dulunya dihuni sekitar 5.000 orang.

Namun, sejak lebih dari sepuluh tahun lalu, Skrunda menjadi tidak berpenghuni setelah militer Rusia menarik pasukannya dari Latvia, negara yang terletak di kawasan Baltik, Eropa bagian timur.

Daripada tak terurus dan selalu berstatus "Kota Hantu" - karena tak berpenghuni manusia - pemerintah Latvia akhirnya memutuskan untuk menjual Skrunda-1 melalui suatu lelang.

Anete Fridensteina-Bridina, juru bicara badan privatisasi Latvia, mengungkapkan bahwa lelang itu memenangkan sebuah perusahaan investasi asal Rusia, Aleksejevskoje-Serviss. Namun, Anete tidak mau mengungkapkan lebih lanjut mengenai identitas perusahaan pemenang lelang.

Belum dijelaskan apa perubahan yang terjadi bagi kota seluas 45 hektar itu, yang terletak di Latvia bagian barat atau sekitar 150 km dari Ibukota Riga.

Kota itu memiliki 70 unit bangunan yang sudah lama dikosongkan. Bangunan-bangunan itu tadinya adalah apartemen, sekolah, barak militer, dan klub perwira.

Dibangun pada dekade 1980an, Skrunda-1 merupakan suatu pemukiman rahasia. Bahkan kota itu sengaja tidak tercantum dalam peta Soviet karena merupakan lokasi bagi dua radar, yang berfungsi memantu benda-benda di luar angkasa sekaligus mengantisipasi ancaman serangan rudal dari AS.

Itulah sebabnya, dalam peta-peta tertentu, lokasi Skrunda-1 hanya ditandai dengan kode tertentu.

Setelah Soviet bubar pada 1991, Latvia berubah menjadi negara independen. Maka, Latvia saat itu ingin melucuri semua basis militer Soviet dan memulangkan semua pasukannya.

Namun, Kementrian Pertahanan Rusia, terus mengandalkan Skrunda sebagai sistem peringatan dini. Maka, pangkalan radar itu selama beberapa tahun digunakan sebagai alat negosiasi antara AS dan Rusia.

Salah satu bangunan radar, yang disebut Pechora, memiliki instalasi radar setinggi 60 meter. Namun, pada 1995, fasilitas itu dihancurkan oleh perusahaan dari AS dengan menggunakan dinamit seberat lebih dari satu ton.

Pada 1998, para penghuni terakhir meninggalkan Skrunda-1. Maka, semua bangunan pun menjadi kosong tak terurus. Kini, dengan lakunya Skrunda, pemerintah dan warga Latvia berharap bahwa kota itu bisa dihidupkan kembali dan beralih fungsi menjadi sarana rekreasi.

Namun, harapan itu tergantung dari kesediaan pemilik baru

sumber vivanews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post