Sebanyak 39 anggota keluarga Adolf Hitler yang masih hidup ditemukan oleh peneliti Belgia di Austria dan New York setelah mereka berhasil memecahkan kode DNA diktator Nazi itu.
Para peneliti itu, Marc Vermeeren dan Jean-Paul Mulders, mengatakan, mereka telah mengusut semua keluarga yang masih hidup dari sang Fuehrer. Mereka menganalisis puntung rokok yang tersisa di sebuah desa kecil di Austria, sebuah tisu habis pakai dari sebuah restoran cepat saji di New York, dan prangko surat-surat yang dikirim lebih dari 30 tahun lalu dari utara Perancis.
Tiga dari 39 orang keluarga Hitler itu tinggal di Amerika, yang keberadaannya telah dilaporkan sebelumnya. Sisanya masih hidup di daerah yang ditutupi pepohonan di Austria, di mana Hitler dulu lahir. Walau dua peneliti itu menyatakan telah melakukan investigasi mendalam, informasi mereka belum diverifikasi secara independen. Hasil penelitian mereka juga masih kurang rinci.
Vermeeren dan Mulders mengatakan, tiga cucu dari Alois, ayah Hitler, tinggal di Long Island di luar New York, dengan menggunakan nama samaran Stuart-Houston. Mereka merupakan keturunan yang meninggalkan Jerman untuk melarikan diri dari Nazi. Mereka adalah Louis dan Brian Stuart-Houston yang berbagi sebuah rumah kayu di East Patchogue, di mana mereka bekerja sebagai tukang kebun. Seorang lagi, Alexander, adalah pensiunan ahli psikologi yang membantu veteran perang Vietnam.
Kedua peneliti Belgia itu, sebagaimana dilaporkan Dailymail, Rabu (16/9), mengatakan, mereka mengamati ketiga orang itu selama tujuh hari tujuh malam, termasuk mengikuti Alexander (60 tahun) ke restoran cepat saji, di mana dia membuang tisu setelah makan ayam goreng. Mereka mengambil tisu itu dan kemudian mencocokkannya dengan DNA Hitler.
Mereka mengatakan, puntung rokok datang dari keluarga Hitler di Austria, tetapi mereka tidak mengelaborasi mengenai DNA yang ditemukan di prangko yang dikirim dari Perancis, juga tidak menjelaskan bagaimana hal itu sampai kepada mereka.
"Keluarga Amerika telah sepakat untuk tidak memiliki anak demi menghapus saga terkait Hitler dan mengakhiri hidup dalam ketakutan. Namun, mereka berjanji akan memublikasikan sebuah buku sebelum mereka meninggal," kata Mulders, yang bekerja sebagai wartawan di koran Belgia, Het Laaste Nieuws.
Marc Vermeeren (51) mengatakan, keluarga Hitler yang tinggal Austria mencoba menyembunyikan silsilah mereka dengan mengubah nama mereka menjadi Huttler, Hietler, Hiedler atau Hutler, nama-nama umum yang terdapat dalam buku telepon di Austria.
"Semua Huttler tinggal di daerah Waldviertel, tidak jauh dari tempat asal Hitler. Kebanyakan dari mereka tidak tahu, apakah orangtua atau kakek mereka yang mengubah nama mereka dan tidak pernah menceritakan kepada mereka. Tak satu pun dari keturunan itu yang mirip dengan Adolf," kata Vermeeren.
Hitler sendiri tidak punya anak. Dia menikah dengan gundiknya, Eva Braun, dalam bunker di Berlin pada April 1945 ketika Tentara Merah dari Rusia mendekati kota itu. Kurang dari 40 jam kemudian pasangan itu melakukan bunuh diri bersama.
Keluarga Hitler yang tetap tinggal di sebuah desa kecil di Waldviertel di Austria menjaga rahasia garis keturunan mereka bertahun-tahun. Dua peneliti Belgia itu tidak mengungkapkan rincian tentang siapa mereka atau di mana persisnya mereka tinggal.
Salah satu penulis yang meneliti silsilah keluarga Hitler adalah penulis Jerman, Ralf Jahn, yang menyatakan persoalan sakit mental banyak terdapat di antara keluarga besar Hitler. Seorang sepupu perempuan Hitler misalnya dibunuh di kamp karena menderita schizophrenia.
Para peneliti itu, Marc Vermeeren dan Jean-Paul Mulders, mengatakan, mereka telah mengusut semua keluarga yang masih hidup dari sang Fuehrer. Mereka menganalisis puntung rokok yang tersisa di sebuah desa kecil di Austria, sebuah tisu habis pakai dari sebuah restoran cepat saji di New York, dan prangko surat-surat yang dikirim lebih dari 30 tahun lalu dari utara Perancis.
Tiga dari 39 orang keluarga Hitler itu tinggal di Amerika, yang keberadaannya telah dilaporkan sebelumnya. Sisanya masih hidup di daerah yang ditutupi pepohonan di Austria, di mana Hitler dulu lahir. Walau dua peneliti itu menyatakan telah melakukan investigasi mendalam, informasi mereka belum diverifikasi secara independen. Hasil penelitian mereka juga masih kurang rinci.
Vermeeren dan Mulders mengatakan, tiga cucu dari Alois, ayah Hitler, tinggal di Long Island di luar New York, dengan menggunakan nama samaran Stuart-Houston. Mereka merupakan keturunan yang meninggalkan Jerman untuk melarikan diri dari Nazi. Mereka adalah Louis dan Brian Stuart-Houston yang berbagi sebuah rumah kayu di East Patchogue, di mana mereka bekerja sebagai tukang kebun. Seorang lagi, Alexander, adalah pensiunan ahli psikologi yang membantu veteran perang Vietnam.
Kedua peneliti Belgia itu, sebagaimana dilaporkan Dailymail, Rabu (16/9), mengatakan, mereka mengamati ketiga orang itu selama tujuh hari tujuh malam, termasuk mengikuti Alexander (60 tahun) ke restoran cepat saji, di mana dia membuang tisu setelah makan ayam goreng. Mereka mengambil tisu itu dan kemudian mencocokkannya dengan DNA Hitler.
Mereka mengatakan, puntung rokok datang dari keluarga Hitler di Austria, tetapi mereka tidak mengelaborasi mengenai DNA yang ditemukan di prangko yang dikirim dari Perancis, juga tidak menjelaskan bagaimana hal itu sampai kepada mereka.
"Keluarga Amerika telah sepakat untuk tidak memiliki anak demi menghapus saga terkait Hitler dan mengakhiri hidup dalam ketakutan. Namun, mereka berjanji akan memublikasikan sebuah buku sebelum mereka meninggal," kata Mulders, yang bekerja sebagai wartawan di koran Belgia, Het Laaste Nieuws.
Marc Vermeeren (51) mengatakan, keluarga Hitler yang tinggal Austria mencoba menyembunyikan silsilah mereka dengan mengubah nama mereka menjadi Huttler, Hietler, Hiedler atau Hutler, nama-nama umum yang terdapat dalam buku telepon di Austria.
"Semua Huttler tinggal di daerah Waldviertel, tidak jauh dari tempat asal Hitler. Kebanyakan dari mereka tidak tahu, apakah orangtua atau kakek mereka yang mengubah nama mereka dan tidak pernah menceritakan kepada mereka. Tak satu pun dari keturunan itu yang mirip dengan Adolf," kata Vermeeren.
Hitler sendiri tidak punya anak. Dia menikah dengan gundiknya, Eva Braun, dalam bunker di Berlin pada April 1945 ketika Tentara Merah dari Rusia mendekati kota itu. Kurang dari 40 jam kemudian pasangan itu melakukan bunuh diri bersama.
Keluarga Hitler yang tetap tinggal di sebuah desa kecil di Waldviertel di Austria menjaga rahasia garis keturunan mereka bertahun-tahun. Dua peneliti Belgia itu tidak mengungkapkan rincian tentang siapa mereka atau di mana persisnya mereka tinggal.
Salah satu penulis yang meneliti silsilah keluarga Hitler adalah penulis Jerman, Ralf Jahn, yang menyatakan persoalan sakit mental banyak terdapat di antara keluarga besar Hitler. Seorang sepupu perempuan Hitler misalnya dibunuh di kamp karena menderita schizophrenia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar