Sejak tahun 1963, saat kosmonot perempuan, Rusia, Valentina Tereshkova mengorbit dari Bumi penjelajahan langit bukan lagi monopoli kaum adam.
Kini, berbagai misi luar angkasa memungkinkan para penjelajah langit, baik pria atau wanita bersama di satu kapsul atau di stasiun luar angkasa internasional dalam waktu lama, sebab misi penjelajahan kerap bertahun lamanya.
Hidup bersama di luar angkasa, pria dan wanita, menerbitkan pertanyaan apakah mungkin para astronot itu boleh melakukan hubungan seks dan berkembang biak di sana. Polemik soal seks di luar angkasa ini menghangat sepekan belakangan setelah University of South Wales di Australia menerbitkan kajian tentang efek buruk bercinta itu. Kajian itu terbit baru-baru ini dan dilansir sejumlah media, 15 Oktober 2010.
Diskusi soal bercinta di luar angkasa itu sesugguhnya sudah merebak semenjak tahun 1908, setelah diprovokasi tulisan berjudul "Honeymoon in Space," karya George Griffith. Tapi saat itu soal seks ini cuma sebatas perdebatan di kalangan astronot, dan kemudian perdebatannya meredup begitu saja.
Topik ini kembali riuh tahun 2007, sesudah terkuak skandal asmara segi tiga, yang menggegerkan Badan Antariksa AS, NASA. Kisah asmara itu melibatkan astronot perempuan Lisa Marie Nowak dan Colleen Shipman, dengan William Oefelein.
Yang menggemparkan, Lisa Nowak saat itu diancam pasal percobaan pembunuhan terhadap Colleen Shipman rival cintanya. Meski akhirnya bebas dengan jaminan, karier cemerlang Nowak di angkasa luar itu akhirnya jatuh ke Bumi.
Ketika skandal ini meruyak, komandan Space Shuttle Discovery NASA, Alan Poindexter menegaskan, seks bukan agenda dalam misi mereka.
"Kami profesional. Relasi personal bukan yang utama," kata Pondexter, seperti dimuat Telegraph, Juni 2010.
NASA memang tidak melarang para krunya menjalin cinta. Juga tak ada peraturan tertulis yang melarang berhubungan seks di luar angkasa.
Namun, NASA menghindari pernyataan soal ini. Tudingan astronom Perancis, bahwa NASA mempelajari 10 posisi seks selama misi ulang aling 1996 dibantah keras.
Bagaimana dengan badan antariksa Eropa, European Space Agency (ESA)? ESA relatif memperhatikan isu seks di luar angkasa. Lembaga ini pernah mengeluarkan hasil studi pada 1998 yang menunjukkan penerbangan ruang angkasa menyebabkan penurunan kadar testosteron pada astronot pria. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar