Pakar tata kota mengatakan Indonesia belum siap menyambut pembangunan jalan raya lintas ASEAN atau Trans ASEAN, padahal ASEAN sudah sepakat untuk membangunnya.
Menurut ahli tata kota Yayat Supriatna, Selasa (18/1/2011), Indonesia belum siap menyambut Trans ASEAN. Masih banyak hal yang harus dibenahi di Indonesia. Termasuk bagaimana memelihara jalan raya, kondisi ekonomi yang stagnan, serta banyak faktor lainnya.
Keuntungan yang diperoleh dengan adanya Trans ASEAN adalah distribusi barang menjadi semakin cepat dan mudah. "Namun, jika Indonesia salah menyikapinya, negara ini akan menjadi eksploitasi pasar saja. Sebab di China barang dapat diproduksi massal dengan biaya murah," paparnya.
Pria yang akrab disapa Yayat ini mengatakan bukanlah suatu hal mustahil Indonesia membalikkan keadaan itu, namun saat ini hal itu masih sulit karena masih banyak yang harus dibenahi.
"Pemerintah lebih cenderung memperbaiki jalan tol dibanding lainnya, seperti kereta," katanya.
Menurut Yayat, terdapat tiga hal yang harus dipersiapkan Indonesia. Yakni menentukan lembaga yang bertanggung jawab, siapa yang memelihara dan bagaimana cara melibatkan pemerintah daerah agar mau ikut serta.
Seperti diketahui, pemerintah daerah sering kali tak mau ikut serta ketika mereka merasa tak mampu menangani suatu proyek. Ia mencontohkan, pembuatan jalan tol dalam negeri yang seharusnya bisa bertahan 10 tahun.
Nyatanya, karena pemeliharaan yang kurang hanya mampu bertahan satu tahun saja. Misalnya jalan tol di jalur pantai utara Jawa dan pantai timur Sumatra. Yayat menyebutkan, di Indonesia banyak terdapat jalan berkondisi buruk.
"Kendala paling utama adalah pendanaan," ujarnya.Ia menyarankan, sebaiknya pemerintah mengkonsolidasi masalah dari internal mengingat kondisi jalan di Indonesia sendiri sangat beragam.
Untuk pematangan kira-kira dibutuhkan waktu lima tahun. Selain itu, Yayat juga menyebutkan bahwa hingga kini tak ada jalan nasional optimal. "Padahal teknologi kita tak kalah dengan teknologi luar negeri," pungkasnya(berita8.com)
Menurut ahli tata kota Yayat Supriatna, Selasa (18/1/2011), Indonesia belum siap menyambut Trans ASEAN. Masih banyak hal yang harus dibenahi di Indonesia. Termasuk bagaimana memelihara jalan raya, kondisi ekonomi yang stagnan, serta banyak faktor lainnya.
Keuntungan yang diperoleh dengan adanya Trans ASEAN adalah distribusi barang menjadi semakin cepat dan mudah. "Namun, jika Indonesia salah menyikapinya, negara ini akan menjadi eksploitasi pasar saja. Sebab di China barang dapat diproduksi massal dengan biaya murah," paparnya.
Pria yang akrab disapa Yayat ini mengatakan bukanlah suatu hal mustahil Indonesia membalikkan keadaan itu, namun saat ini hal itu masih sulit karena masih banyak yang harus dibenahi.
"Pemerintah lebih cenderung memperbaiki jalan tol dibanding lainnya, seperti kereta," katanya.
Menurut Yayat, terdapat tiga hal yang harus dipersiapkan Indonesia. Yakni menentukan lembaga yang bertanggung jawab, siapa yang memelihara dan bagaimana cara melibatkan pemerintah daerah agar mau ikut serta.
Seperti diketahui, pemerintah daerah sering kali tak mau ikut serta ketika mereka merasa tak mampu menangani suatu proyek. Ia mencontohkan, pembuatan jalan tol dalam negeri yang seharusnya bisa bertahan 10 tahun.
Nyatanya, karena pemeliharaan yang kurang hanya mampu bertahan satu tahun saja. Misalnya jalan tol di jalur pantai utara Jawa dan pantai timur Sumatra. Yayat menyebutkan, di Indonesia banyak terdapat jalan berkondisi buruk.
"Kendala paling utama adalah pendanaan," ujarnya.Ia menyarankan, sebaiknya pemerintah mengkonsolidasi masalah dari internal mengingat kondisi jalan di Indonesia sendiri sangat beragam.
Untuk pematangan kira-kira dibutuhkan waktu lima tahun. Selain itu, Yayat juga menyebutkan bahwa hingga kini tak ada jalan nasional optimal. "Padahal teknologi kita tak kalah dengan teknologi luar negeri," pungkasnya(berita8.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar